Dota 2 dituding mata duitan, Gamer protes

http://images.detik.com/content/2015/02/17/654/dota2_bloomfestival.jpg
Jakarta - Ketika berbicara mengenai game free to play, orang pasti akan mengacu pada sebuah sistem game dimana semua konten yang berada di dalamnya -- baik itu karakter, mode permainan, dan lain-lain -- bisa dimainkan dengan gratis.

Namun bagaimana kalau si developer ternyata ingin mengeruk keuntungan lebih dari gamer? Nah, inilah yang terjadi pada game fenomenal besutan Valve, Dota 2.

Game MOBA (Multiplayer Battle Arena) yang membius 10 juta pemain tiap bulannya itu tengah ditentang oleh gamernya sendiri.

Pasalnya, guna meramaikan event Imlek, Valve merilis update New Bloom Festival, dimana dalam update tersebut hadir mode Year Beast Brawl.

Sama seperti mode permainan biasanya, gamer Dota 2 membentuk tim dan menyerang satu sama lain. Hanya saja, setiap 5 menit sekali akan muncul karakter spesial yakni Year Beast. Makhluk ini akan turun ke medan perang dan menyerang tim musuh. Gamer pun bisa mengontrol Year Beast dengan menggunakan Ability Points.

Dikutip detikINET dari Kotaku, Selasa (17/2/2015), Ability Points ini memungkinkan gamer untuk dapat melakukan banyak hal, semisal menambah kemampuan Year Beast, meningkatkan kelihaian berarung, dan buff speed.

Tentu saja gamer bisa mendapatkan Ability Points secara cuma-cuma dengan menyelesaikan permainan atau daur ulang item.



Namun, bagi gamer tajir yang ingin pakai cara instan, Valve pun menyediakan slot Ability Points yang dapat dibeli dengan menggunakan uang sungguhan. Cara inilah yang kemudian memicu kemarahan dari sebagian gamer Dota 2.

Menurut mereka yang kontra, uang bisa mengubah gelombang kemenangan dan menganggap Dota 2 jadi game 'Pay to Win'.

Hal ini kemudian dibuktikan oleh penulis The Verge, Vlad Savov yang mencoba untuk melakukan cara instan tersebut. Hasilnya, permainan menjadi tidak imbang.

Ia mengatakan, hanya butuh waktu 12 menit untuk meratakan musuh. Tentu saja lawannya adalah tim atau gamer pas-pasan yang tidak punya modal untuk membeli cara instan itu.

Ya, walaupun terkadang suatu game dikatakan free to play, namun ada saja developer yang ingin meraup keuntungan lebih dari game buatannya.

Biasanya para developer atau publisher itu lantas membuat item in game yang dapat dibeli oleh para gamer berduit melalui item mall. Isinya beragam, mulai dari sekadar aksesoris, hingga item yang dapat membantu gamer untuk beraksi dan menjadikannya 'dewa'.

0 comments:

Copyright © 2013 SELAMAT DATANG DI ARNETAN