Jerman: Upaya Menghapus Status Spesialis Semifinalis
Jakarta - "Ready Like Never Before" merupakan slogan Jerman bersama dengan sponsor utamanya, Mercedes-Benz, untuk Piala Dunia 2014. Menurut majalah Kicker melalui surveinya, 86 persen responden warga negara Jerman optimistis Die Mannschaft akan mencapai semifinal.
Tim nasional Jerman sekarang ini dianggap yang terbaik. "Class of 2014" dianggap sebagai generasi emas Jerman yang lebih hebat dari Jerman (Barat) di Piala Dunia 1974 dengan legenda seperti Franz Beckenbauer, Gerd Mueller, Sepp Maier, dan Paul Breitner.
Tim 2014 pun baru sekali mengalami kekalahan sejak Agustus 2012 – dari Amerika Serikat (AS) yang diasuh mantan pelatih Jerman, Juergen Klinsmann. Tapi Jerman pernah menang dari Prancis dan Inggris dalam kurun waktu tersebut.
Faktor pelatih Joachim Loew juga menjadi pertimbangan. Dia pemikir ulung, motivator, dan ahli taktik. Namun pelatih berusia 54 tahun ini dibebankan menjaga kebugaran, semangat, dan fokus para pemainnya di bawah iklim tropis Brasil. Namun 52 persen responden Kicker percaya Loew sosok yang tepat untuk memimpin Jerman saat ini.
Jerman memang punya masalah klise. Sejumlah pemainnya bermasalah dengan kebugaran fisik dan cedera. Gelandang Mesut Oezil belum lama ini sering mengeluhkan hamstringnya. Striker Miroslav Klose sudah berusia 36 tahun. Bek Mats Hummels kerap berurusan dengan cedera kaki. Gelandang Bastian Schweinsteiger baru kembali dari istirahat tiga pekan pasca operasi lutut. Gelandang Sami Khedira juga dibawa meski punya masalah pada ligamen lutut. Terakhir adalah Marco Reus yang akhirnya harus mengubur impian bermain di Piala Dunia 2014 setelah cedera pergelangan kaki saat Jerman menghantam Armenia 6-1 dalam partai persahabatan pekan lalu. Skuat Jerman begitu menjanjikan, tapi sekaligus rapuh.
Menghindari Kesialan Masa Lalu
Sepanjang sejarah, Jerman disebut tim spesialis turnamen dan spesialis runner-up. Seperti Belanda yang terkenal dengan total football, Jerman juga selalu tampil menjanjikan, stylish, dan enak dilihat. Namun sering berakhir tanpa trofi.
Setelah menjadi runner-up di Piala Dunia 2002 Jepang-Korea, Jerman seakan punya kebiasaan baru. Pada Piala Dunia 2006 di rumah sendiri dan 2010 di Afrika Selatan, Jerman selalu mentok di semifinal dan memunculkan kekhawatiran baru -- kalah dalam adu penalti.
Jerman, yang telah menjuarai tiga edisi Piala Dunia, bisa dianggap seperti Brasil pada era 1990-an -- sebuah negara yang terbebani kejayaan masa lalu dan ekspektasi banyak orang. Tapi para pakar berpendapat, mental juara tujuh pemain Bayern Muenchen dalam skuat 2014 ini bisa menghadirkan penyegaran mental bagi Jerman di Brasil nanti.
Jerman kini memiliki sejumlah pemain bagus bertipikal menyerang, terutama gelandang serang yang biasa beroperasi di depan kotak penalti. Namun mereka diharapkan hanya berkonsentrasi memenangi setiap pertandingan dan bukan obsesif menguasai bola seperti halnya penampilan Bayern di sepanjang kompetisi klub musim ini.Mereka juga diharapkan tidak terlampau total menekan layaknya Borussia Dortmund (menyumbang empat pemain). Rencana permainan terbaik Jerman adalah membangun serangan dari belakang melalui operan pendek dan sesegera mungkin mengalirkan bola ke trio pemain di belakang sang penyerang tunggal.
Salah satu kelemahan Jerman adalah sektor pertahanan. Hasil imbang 4-4 dan 5-3 melawan Swedia di babak kualifikasi merefleksikan factor tersebut.
Selain itu, keprihatinan juga muncul melalui kekalahan 3-4 dari AS dan imbang 3-3 melawan Ekuador di kandang sendiri dalam partai persahabatan Agustus tahun lalu. Jerman punya sejumlah kiper tangguh, tapi para pemain belakang mereka begitu rapuh.
Namun, para pendukung Die Mannschaft tak perlu khawatir, karena pemain belakang Jerman yang didominasi wakil Bayern dan Dortmund bermain tangguh sepanjang kompetisi klub lalu. Selain itu ada juga bek Arsenal, Per Mertesacker.
Perlu dicatat juga, Jerman salah satu tim yang melaju mulus dari babak kualifikasi. Satu-satunya "cacat" adalah membiarkan Swedia menyamakan skor 4-4 kendati Jerman sudah unggul 4-0 hingga menit 55 pada Oktober 2012.
4-2-3-1 Andalan Loew
Formasi 4-2-3-1 digunakan Loew pertama kali saat melawan Portugal pada perempat final Euro 2008. Sejak saat itu Loew mengandalkan formasi yang berbasis permainan pressing kolektif, penguasaan bola efektif (tidak terlalu lama tapi tidak terlampau cepat juga), operan cepat, dan perubahan tempo permainan secepat kedipan mata, terutama saat melakukan serangan balik dari daerah pertahanan sendiri.
Kekhawatiran utama terletak pada lini serang karena penyerang tunggal sering dikeroyok lawan. Itu sebabnya trio pemain di belakngnya, terutama dua penyerang sayap yang biasanya diperankan Reus dan Thomas Mueller, harus selalu sigap melakukan track back. Dengan absennya Reus, maka posisi itu akan dimainkan Andre Schuerrle atau Julian Draxler.
Inisiatif juga dibutuhkan dari barisan tengah Jerman. Schweinsteiger dan Toni Kroos diharapkan mampu menghadirkan fleksibilitas pada sistem 4-2-3-1 Loew. Belakangan, Loew sempat menerapkan "false nine" dengan peran hybrid yang bisa dijalankan Mario Goetze, Mueller, atau Schuerrle.
Di sana, ada peran poacher mematikan dan kaisar duel bola udara yang biasa diperankan Klose. Namun kedua peran ini bisa saling bertukar (interchangeable) untuk mengecoh musuh sehingga pertahanan lawan mengalami disorientasi.
Kemudian peran sentral Oezil di Arsenal banyak menimbulkan debat di Jerman. Tapi sepertinya Loew tetap akan memainkannya sebagai playmaker di starting XI.
Pemain lain yang juga tak tergantikan adalah Philipp Lahm, kapten Bayern yang tampil konsisten sepanjang musim. Berkat polesan pelatih Bayern Pep Guardiola, kapten berusia 30 tahun ini bisa bermain sebagai bek kanan (posisi natural) dan gelandang bertahan sebagai penyeimbang transisi tim sama baiknya.
Peran kedua Lahm tersebut akan berguna ketika Jerman mengalami kebuntuan. Misalnya ketika sedang mengejar ketinggalan, Loew bisa memainkan sistem alternatif 4-1-4-1 dengan Lahm sebagai gelandang bertahan dan Oezil, Kroos, atau Goetze dipilih sebagai playmakerkembar. Sementara bek kanan bisa diisi Kevin Grosskreutz sebagai jangkar melebar.
Prediksi line-up (4-2-3-1):
Neuer; Lahm, Boateng, Mertesacker, Grosskreutz; Schweinsteiger, Kroos; Schuerrle, Oezil, Mueller; Klose.
Prediksi
Sudah 18 tahun tim ini puasa gelar juara. Terakhir kali Jerman menjuarai Piala Dunia pada 1990 di Italia. Tinggal masalah waktu bagi Jerman untuk mengakhiri derita ini, terutama karena kehadiran generasi emas Jerman seolah-olah berbicara, "Sekarang atau tidak sama sekali."
Permasalahan utama Jerman adalah lokasi dan nasib. Fakta mengatakan, belum ada tim Eropa yang mampu juara dunia di Amerika Selatan. Tapi Jerman dan Spanyol merupakan tim Eropa yang paling berpeluang mematahkan mitos ini. Kali ini saatnya Jerman mematahkan catatan spesialis semifinal dalam satu dekade terakhir sekaligus mencapai babak itu di Brasil.
Sumber : Detik.com
Peran kedua Lahm tersebut akan berguna ketika Jerman mengalami kebuntuan. Misalnya ketika sedang mengejar ketinggalan, Loew bisa memainkan sistem alternatif 4-1-4-1 dengan Lahm sebagai gelandang bertahan dan Oezil, Kroos, atau Goetze dipilih sebagai playmakerkembar. Sementara bek kanan bisa diisi Kevin Grosskreutz sebagai jangkar melebar.
Prediksi line-up (4-2-3-1):
Neuer; Lahm, Boateng, Mertesacker, Grosskreutz; Schweinsteiger, Kroos; Schuerrle, Oezil, Mueller; Klose.
Prediksi
Sudah 18 tahun tim ini puasa gelar juara. Terakhir kali Jerman menjuarai Piala Dunia pada 1990 di Italia. Tinggal masalah waktu bagi Jerman untuk mengakhiri derita ini, terutama karena kehadiran generasi emas Jerman seolah-olah berbicara, "Sekarang atau tidak sama sekali."
Permasalahan utama Jerman adalah lokasi dan nasib. Fakta mengatakan, belum ada tim Eropa yang mampu juara dunia di Amerika Selatan. Tapi Jerman dan Spanyol merupakan tim Eropa yang paling berpeluang mematahkan mitos ini. Kali ini saatnya Jerman mematahkan catatan spesialis semifinal dalam satu dekade terakhir sekaligus mencapai babak itu di Brasil.
Sumber : Detik.com
0 comments: