Kecerdikan Luis Pinto Memancing Uruguay
Jakarta - Setiap kompetisi besar selalu menjajikan satu kejutan. Bisa lewat para raksasa yang saling
mengalahkan, seperti pada kasus Spanyol dan Belanda. Bisa juga melalui tim-tim underdog yang menundukkan para jagoan.
Semalam, Kostarika sukses menyodorkan kekagetan itu. Bergabung di Grup D –dianggap sebagai salah satu grup maut karena mempertemukan Inggris, Italia, dan Uruguay—Kosta Rika semula dianggap hanya pelengkap saja. Sebagai objek penderita yang paling tidak berpeluang untuk lolos. Tapi, tanpa diduga, Kosta Rika yang tidak diunggulkan justru berhasil meraih 3 poin setelah menang 3-1 atas Uruguay, sang semifinalis Piala Dunia 2010.
Susunan Pemain
Polemik tentang akan tampil atau tidaknya Luis Suarez pada pertandingan ini akhirnya terjawab. Top skor EPL 2013/2014 tersebut tak bisa pulih tepat waktu pada partai pembuka Uruguay di Piala Dunia. Sang pelatih, Oscar Tabarez, akhirnya kembali mempercayai top skor Piala Dunia 2010 lalu, Diego Forlan, untuk mendampingi Edinson Cavani di depan.
Di tengah, Uruguay memasang Arevalo Rios untuk mendampingi Walter Gargano sebagai gelandang di tengah. Hal ini membuat gelandang La Celeste lainnya, Diego Perez, berada di bangku cadangan.
Di barisan pertahanan, Tabarez menempatkan Martin Caceres di kiri dan Maxi Pereira di kanan. Sedangkan bek FC Porto yang musim lalu tidak banyak, Jorge Fucile, bermain hanya masuk ke dalam daftar pemain cadangan.
Di kubu Kostarika, sang pelatih Jorge Luis Pinto tetap menggunakan formasi 5-4-1 andalannya dengan menempatkan Joel Campbell sebagai penyerang tunggal di depan. Pemain yang dimiliki oleh Arsenal itu mendapat dukungan dari kedua sayap mereka, Bryan Ruiz dan Christian Bolanos.
Bola-Bola Panjang Monoton Uruguay
Sebagaimana diperagakan Uruguay pada beberapa pertandingan persahabatan, Tabarez menggunakan formasi 4-4-2 dengan gelandang tengah yang lebih dekat dengan kedua bek tengah. Kedua gelandang ini lebih difungsikan sebagai gelandang bertahan yang menjadi lapisan pertama sebelum lawan memasuki pertahanan Uruguay.
Baik Gargano maupun Arevola Rios memang pemain bertipe bertahan. Karena itu, Uruguay lebih mengandalkan kedua sisi sayapnya untuk melancarkan serangan. Christian Stuani dan Christian Rodriguez, yang dipasang sebagai pemain sayap kanan dan kiri serta didukung kedua bek sayap, diplot Tabarez untuk menembus pertahanan Kosta Rika.
Tapi formasi Uruguay saat menyerang berubah menjadi 4-2-4, dengan kedua sayap naik hingga sejajar dengan kedua striker. Di tengah, hanya ada dua gelandang yang sebenarnya tidak dibebani banyak tugas untuk menyerang.
Dengan kondisi ini, hampir mustahil Uruguay memainkan bola-bola pendek untuk memulai serangan. Jumlah pemain yang minim di lapangan tengah hanya akan menjadi mangsa empuk bagi Kosta Rika untuk merebut bola dan menyerang balik, jika Gargano dkk. ngotot memainkan bola pendek.
Maka dari itu, Uruguay pun lebih banyak memainkan bola-bola panjang ke arah sayap kanan dan kiri. Bola dari tendangan gawang Muslera, maupun dari barisan pertahanan, langsung diarahkan kepada Christian Rodriguez atau Christian Stuani di kanan dan kiri.
Chalkboard di bawah ini memperlihatkan arah tendangan gawang yang dilepaskan Fernando Muslera serta banyaknya umpan panjang yang dilepaskan para pemain Uruguay di sepanjang pertandingan.
Kebuntuan Uruguay
Sayangnya Uruguay seolah kehabisan akal untuk mencari pola serangan alternatif. Mereka hanya melepaskan bola-bola panjang yang monoton dan sangat mudah dipatahkan para pemain Kosta Rika. Tak heran tingkat keberhasilan umpan pajang Uruguay sepanjang pertandingan ini hanya 51%.
Selain karena pola yang monoton, kegagalan skema umpan panjang ini juga disebabkan oleh dua hal lain. Pertama karena Uruguay dalam keadaan kalah jumlah pemain di depan. Kosta Rika mempunyai 5 pemain bertahan, sementara Uruguay hanya menempatkan 4 penyerang di depan.
Dan yang kedua, jarak antara barisan penyerangan Uruguay dengan gelandang yang terlalu jauh. Hal ini menyebabkan tidak ada pemain Uruguay yang mengambil bola muntah setelah para penyerang berduel udara.
Berikut adalah gambaran posisi saat Uruguay melancarkan serangan.
Frustrasi pada Babak Pertama
Melihat serangan anak asuhnya terus gagal, Tabarez mulai tidak nyaman. Pelatih yang sudah menangani Uruguay sejak tahun 2006 ini lalu memerintahkan kedua gelandangnya untuk naik membantu penyerangan. Tabarez sepertinya cukup berani menerapkan skema ini karena lawan terlihat tidak melakukan serangan berbahaya.
Memang, pada awal-awal laga, serangan Kosta Rika hanya mengandalkan kecepatan Joel Campbell seorang diri di depan, tanpa dukungan dari second line. Hal ini membuat barisan pertahanan Uruguay sangat mudah mengantisipasi serangan Campbell cs.
Naiknya kedua gelandang di tengah ini membuat serangan Uruguay jadi lebih bervariasi. Serangan melalui sayap kanan dan kiri tetap menjadi pilihan utama Uruguay, namun kini dapat divariasikan antara umpan panjang langsung atau umpan segitiga antara bek sayap, gelandang, dan penyerang sayap.
Hasilnya, mereka mulai bisa melakukan ancaman-ancaman ke gawang Kosta Rika. Tercatat, dalam 20 menit terakhir babak pertama, Uruguay melepaskan 4 attempts berbanding dengan 1 percobaan yang mereka lepaskan pada 25 menit pertama pertandingan.
Satu gol melalui tendangan penalti Cavani pun bisa mereka raih setelah mengubah skema serangan tersebut.
Jebakan Kosta Rika
Namun perubahan itu ternyata memberikan dampak negatif bagi La Celeste. Entah ini satu hal yang dirancang Luis Pinto atau tidak, namun Kostarika lalu menunjukan taring yang sebenarnya. Kosta Rika tidak lagi menyerang hanya mengandalkan kecepatan Joel Campbell seorang diri lagi di depan.Bryan Ruiz dan Christian Bolanos mulai maju menyerang, sementara Campbell diberi keleluasaan untuk mencari ruang dan meminta bola. Mulai terbukanya jarak antara gelandang bertahan Uruguay dengan kedua bek tengah menyebabkan Joel Campbell memiliki banyak pilihan ruang yang dapat dieksploitasi.
Tidak jarang penyerang berusia 21 tahun itu mencari ruang dengan sedikit mundur ke belakang. Geraknya ini meninggalkan ruang kosong di depan, sehingga Ruiz dan Bolanos bisa masuk ke area tengah.
Masuknya Ruiz dan Bolanos lalu berhasil menarik kedua bek sayap Uruguay untuk lebih merapat, sehingga terbuka ruang untuk kedua fullback Kosta Rikauntuk melakukan overlap.
Dengan pola tersebut, Kosta Rika memiliki skema serangan balik yang mematikan dari berbagai arah. Serangan balik dari sisi sayap ini juga yang kemudian berbuah gol pertama Kosta Rika.
Tapi serangan Kosta Rika tak sepenuhnya bergantung pada sisi flank. Luis Pinto juga menginstruksikan para penyerangnya menusuk dari tengah, ketika Joel Campbell mendapatkan ruang di belakang kedua gelandang tengah Uruguay.
Tendangan bebas, yang berbuah gol kedua Kosta Rika, lahir setelah Joel Campbell mendapatkan ruang untuk serangan balik di belakang Gargano. Pemain Napoli itu kalah langkah sehingga terpaksa melanggar Campbell.
Meski kalah dalam ball positioning dengan Uruguay, Kosta Rikajustru dapat melakukan attempts lebih banyak. Hingga akhir pertandingan, Uruguay hanya melakukan 7 kali attempts dengan 3 dari luar kotak penalti. Sementara itu, Kostarika dapat melakukan hingga 11 kali attempts dengan 8 di dalam kotak penalti.
Hal ini menunjukan bagaimana serangan Kosta Rika lebih efektif ketimbang yang dilakukan Uruguay.
Hasil dari serangan balik ini juga tidak tanggung-tanggung. Kosta Rika berhasil membalikkan keadaan menjadi 2-1 setelah Joel Campbell dan Oscar Duarte berhasil membobol gawang Uruguay.
Uruguay Mengubah Formasi Menjadi 4-3-3
Dalam kondisi tertinggal, lagi-lagi Tabarez menunjukan alternatif strategi. Diego Forlan ditarik keluar dan digantikan Nicolas Lodeiro, sementara Gargano ditukar dengan Alvaro Gonzalez.
Lodeiro adalah seorang gelandang serang yang dapat beroperasi di belakang striker, sementara Alvaro Gonzalez adalah gelandang tengah yang sering berperan sebagai box to box midfielder saat bermain di klubnya, Lazio.
Dengan kondisi ini, Tabarez menggeser kedua pemain sayapnya, Christian Rodriguez, dan Christian Stuani, untuk lebih ke depan mendampingi Cavani. Sang pelatih pun mengubah formasi Uruguay menjadi 4-3-3. Alevaro Rios kini hanya seorang diri sebagai gelandang bertahan, sedangkan Nicolas Lodeiro dan Alvaro Gonzalez lebih bertugas untuk menyerang.
Dengan menggunakan formasi tersebut, serangan Uruguay jadi semakin mematikan. Namun setelah unggul 2-1, Kosta Rika juga lebih merapatkan pertahanannya. Ruiz dan Bolanos lalu ditarik lebih ke belakang untuk membantu kedua fullback menahan serangan dari sayap.
Rapatnya pertahanan Kosta Rika membuat serangan Uruguay tetap buntu. Bukannya berhasil menyamakan kedudukan, Uruguay justru semakin tertinggal setelah pemain pengganti Marcos Urena berhasil menceploskan bola ke gawang Muslera.
Kesimpulan
Absennya Suarez memang memberikan pengaruh tersendiri kepada serangan Uruguay. Tidak adanya mantan pemain Ajax ini membuat serangan Uruguay tidak terlalu menakutkan pertahanan lawan. Namun, minim variasi serangan lebih jadi penyebab utama kesulitan Uruguay menembus pertahanan Kosta Rika.
Tabarez masih terlalu pasrah dengan ketiadaan gelandang berkelas yang mampu mengatur permainan di tengah. Cavani cs pun jadi terlampau bergantung pada bola-bola panjang yang langsung menuju jantung pertahanan lawan saat menyerang.
Pola yang sama, dan terus berulang-ulang, ini terlalu mudah untuk dipatahkan, bahkan oleh pertahanan Kosta Rika.
Di sisi lain, Kosta Rika berhasil memanfaatkan setiap kelemahan yang dimiliki Uruguay. Kecepatan yang dimiliki para pemainnya bukan sekedar digunakan secara sporadis tanpa rencana. Setelah gelandang Uruguay mulai terpancing naik, Joel Campbell langsung memanfaatkan ruang di belakang kedua gelandang bertahan Uruguay.
Dengan hasil ini, Oscar Tabarez harus lebih memutar otaknya untuk mencari solusi berbagai masalah timnya. Jika masih bermain dengan pola sama, sepertinya sulit bagi Uruguay untuk bisa menang melawan Inggris dan Italia, sekalipun seorang Luis Suarez main.
Dalam kondisi tertinggal, lagi-lagi Tabarez menunjukan alternatif strategi. Diego Forlan ditarik keluar dan digantikan Nicolas Lodeiro, sementara Gargano ditukar dengan Alvaro Gonzalez.
Lodeiro adalah seorang gelandang serang yang dapat beroperasi di belakang striker, sementara Alvaro Gonzalez adalah gelandang tengah yang sering berperan sebagai box to box midfielder saat bermain di klubnya, Lazio.
Dengan kondisi ini, Tabarez menggeser kedua pemain sayapnya, Christian Rodriguez, dan Christian Stuani, untuk lebih ke depan mendampingi Cavani. Sang pelatih pun mengubah formasi Uruguay menjadi 4-3-3. Alevaro Rios kini hanya seorang diri sebagai gelandang bertahan, sedangkan Nicolas Lodeiro dan Alvaro Gonzalez lebih bertugas untuk menyerang.
Dengan menggunakan formasi tersebut, serangan Uruguay jadi semakin mematikan. Namun setelah unggul 2-1, Kosta Rika juga lebih merapatkan pertahanannya. Ruiz dan Bolanos lalu ditarik lebih ke belakang untuk membantu kedua fullback menahan serangan dari sayap.
Rapatnya pertahanan Kosta Rika membuat serangan Uruguay tetap buntu. Bukannya berhasil menyamakan kedudukan, Uruguay justru semakin tertinggal setelah pemain pengganti Marcos Urena berhasil menceploskan bola ke gawang Muslera.
Kesimpulan
Absennya Suarez memang memberikan pengaruh tersendiri kepada serangan Uruguay. Tidak adanya mantan pemain Ajax ini membuat serangan Uruguay tidak terlalu menakutkan pertahanan lawan. Namun, minim variasi serangan lebih jadi penyebab utama kesulitan Uruguay menembus pertahanan Kosta Rika.
Tabarez masih terlalu pasrah dengan ketiadaan gelandang berkelas yang mampu mengatur permainan di tengah. Cavani cs pun jadi terlampau bergantung pada bola-bola panjang yang langsung menuju jantung pertahanan lawan saat menyerang.
Pola yang sama, dan terus berulang-ulang, ini terlalu mudah untuk dipatahkan, bahkan oleh pertahanan Kosta Rika.
Di sisi lain, Kosta Rika berhasil memanfaatkan setiap kelemahan yang dimiliki Uruguay. Kecepatan yang dimiliki para pemainnya bukan sekedar digunakan secara sporadis tanpa rencana. Setelah gelandang Uruguay mulai terpancing naik, Joel Campbell langsung memanfaatkan ruang di belakang kedua gelandang bertahan Uruguay.
Dengan hasil ini, Oscar Tabarez harus lebih memutar otaknya untuk mencari solusi berbagai masalah timnya. Jika masih bermain dengan pola sama, sepertinya sulit bagi Uruguay untuk bisa menang melawan Inggris dan Italia, sekalipun seorang Luis Suarez main.
Sumber : Detik.com
0 comments: