Mereka yang Jadi Bulan-bulanan Hacker China
Para peretas dari Negeri Tirai Bambu selama ini memang dikenal dengan aksinya di kalangan under ground. Tak jarang, target yang dibidik adalah para 'raksasa'.
Sebut
saja nama Google, Apple, perusahaan minyak, hingga lembaga pemerintah
Amerika Serikat sempat jadi bulan-bulanan hacker China.
Namun
soal sosok yang menjadi dalang di balik akse penyerangan tersebut hingga
saat ini masih abu-abu. Yang pasti sejumlah laporan cuma menyebut itu
berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Berikut beberapa aksi yang dikaitkan dengan aktivitas para peretas dari China seperti dikutip detikINET dari PCMag, Senin (25/2/2013):
1. Google
Pada tahun 2013, Google mengungkap adanya serangan yang
disebut berasa dari China. Tujuan dari aksi diklaim untuk mencuri
intelektual properti dari raksasa internet itu.
Investigasi lebih
lanjut kemudian menjabarkan bahwa serangan tersebut diketahui tak hanya
menyasar Google seorang. Namun juga melandar sekitar 20 perusahaan lain
dari aksi yang sama.
Tak berhenti sampai di situ, setahun
berselang atau di tahun 2011, Google juga dilaporkan diserang oleh
peretas yang mengincar data akun dan password di Gmail.
Lebih khusus, data-data yang diincar merupakan milik pejabat pemerintah, aktivis, dan jurnalis.
2. Satelit AS
Satelit milik pemerintah Amerika Serikat juga sempat dilaporkan menjadi aktivitas penyusupan oleh peretas dari China.
Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu 2007 hingga 2008 dan terjadi setidaknya selama empat kali.
Menurut sebuah laporan yang diungkap di tahun 2011, pelaku diduga kuat juga berasal dari jaringan hacker China.
Tidak
disebutkan apa tujuan dari serangan itu, namun yang pasti hal ini
kembali menyudutkan para peretas dari Negeri Tirai Bambu.
3. Perusahaan Minyak
Tak cuma lembaga pemerintah dan raksasa internet, hacker China juga
diketahui pernah membidik perusahaan minyak yang sebagian besar milik
negara-negara barat.
Menurut laporan dari perusahaan keamanan
McAfee, suatu perusahaan minyak dan gas yang tidak disebutkan namanya
sempat disusupi sistemnya pada November 2009 silam.
Pelaku
dilaporkan coba menyusup demi mendapatkan informasi rahasia dari
perusahaan tersebut. Sayang, tidak disebutkan lebih lanjut oleh McAfee,
soal data apa yang diincar.
Namun diketahui bahwa pelaku menerobos dari server yang berada di Amerika Serikat dan Belanda.
4. Kadin AS
Chamber of Commerce United States of America alias Kadin Amerika Serikat
juga sempat diketahui menjadi korban penyusupan hacker China.
Aksi tersebut dilaporkan terjadi pada bulan Mei 2010 dan menyasar informasi-informasi yang tersimpan di sitem Kadin AS.
Tentu
saja, Kadin AS patut khawatir terhadap data yang kemungkinan dicuri.
Sebab dilaporkan, informasi yang berpindah tangan itu termasuk proses
dan hasil lobi-lobi bisnis dari organisasi tersebut.
5. Dalai Lama
Hubungan pemerintah China dengan Dalai Lama yang kurang akur memang sudah jadi rahasia umum.
Akibatnya, tokoh dunia dari Tibet itu pun sempat jadi sasaran aksi peretasan.
Grup
hacker yang diketahui berbasis di barat daya China dilaporkan mencoba
mencuri dokumen di kantor Kementerian Pertahanan China dan kantor Dalai
Lama.
Kejadian ini dilaporkan oleh sekelompok peneliti dari kanada pada tahun 2010.
6. Pembela HAM
Pada tahun 2010, aksi peretas menyasar kelompok pembela hak asasi
manusia (HAM) China dengan serangan distributed denial of service
(DDoS).
Bahkan situs milik kelompok Chinese Human Rights Defende dilaporkan diserang hingga 16 jam oleh para pelaku.
Kelompok
lain yang juga menjadi korban adalah Civil Rights & Livelihood
Watch, Canyu, New Century News, dan The Independent Chinese Pen Center.
7. Facebook, Twitter & Apple
Baru-baru ini, berturut-turut sejumlah perusahaan Amerika Serikat (AS)
menjadi korban hacking. Di antara korban tersebut merupakan perusahaan
sekelas Facebook, Twitter dan Apple.
Nama lain yang juga tak
kalah mentereng adalah The New York Times, The Wall Street Journal, The
Washington Post dan Departemen Energi AS pun jadi sasaran. Belum ada
pernyataan resmi mengenai siapa di balik serangan ini. Namun sejumlah
temuan mengarahkan tudingan pada China.
Perusahaan keamanan cyber
Mandiant menduga, militer China melakukan operasi spionase cyber yang
canggih terhadap puluhan perusahaan AS dan Kanada. Kesimpulan sementara
ini didapat berdasarkan hasil temuan mereka.
Sebanyak 60 halaman
laporan yang mereka rilis, memperlihatkan adanya keterkaitan serangan
dengan sekelompok hacker China dan pemerintah Negeri Tirai Bambu
tersebut.
Seperti dilansir CNN, Rabu (20/2/2013), hasil pelacakan
Mandiant bermuara pada jaringan spesifik di Shanghai. Beberapa di
antaranya bahkan mengarah pada markas salah satu kelompok militer
rahasia China.
Satu hari setelah dugaan diarahkan ke China
terkait aksi hacking yang menimpa sejumlah perusahaan besar Amerika
Serikat (AS), pemerintah China langsung merespons tudingan tersebut.
Dilansir
The New York Times, Departemen Pertahanan China membantah tudingan itu
salah besar. Menurut juru bicara Departemen tersebut, laporan firma
keamanan cyber Mandiant salah besar.
Pada konferensi pers di
Beijing, Departemen Pertahanan China mengatakan tuduhan tersebut telah
mencoreng reputasi mereka. Juru bicara Departemen itu bahkan menantang
untuk membuktikan hasil riset Mandiant.
Disebutkan sang juru
bicara Geng Yansheng, justru China yang telah menjadi korban serangan
cyber yang berasal dari AS. Menurutnya, Mandiant telah salah dalam
mengenali aktivitas cyber China.
"Militer China memerintahkan
untuk tidak mendukung aktivitas hacking apapun. Klaim yang disebutkan
Mandiant bahwa militer China menjadi dalang spionase internet tidak
punya bukti kuat," tegasnya.
Sumber : Detik.com
0 comments: